Lahirnya Perintah Puasa Ramadhan


Umat Islam di seluruh dunia kembali menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1441 Hijriyah dengan mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” tidak sampai sebulan lagi. Di bulan suci ini lah umat Islam diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah puasa.

Puasa dalam Islam adalah menahan diri dari segala yang membatalkan dari waktu terbit fajar sampai terbenam matahari dengan berniat
 puasa pada setiap malamnya. Dalam Alquran, secara jelas dinyatakan bahwa umat Islam berpuasa untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Sejarawan sepakat bahwa
 puasa Ramadhan atas umat Islam mulai diwajibkan pada bulan Syakban tahun kedua sesudah hijrah Nabi saw. Dalil wajibnya puasa Ramadhan terdapat dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 183-185 dan ayat 187, serta sejumlah hadis sahih riwayat al-Bukhari.

Namun, sebelum puasa diwajibkan di Bulan Ramadhan, Nabi Muhammad Saw. telah berpuasa di Hari Asyura. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, yang artinya:

“Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.”

Karena itu, Rasulullah menganjurkan agar umat Islam juga berpuasa Asyura, walaupun tidak diwajibkan. Pada tahun kedua dari Hijrah, pada malam kedua dari Sya’ban, baru lah Allah mewajibkan puasa atas kaum Muslimin melalui firmann-Nya.

Pakar Tafsir Alquran Indonesia, M. Quraish Shihab menjelaskan, secara umum puasa dapat dibagi menjadi dua, yaitu puasa wajib dan puasa tidak wajib. Puasa wajib yaitu terdapat tiga kategori.

Pertama, wajib karena waktu, seperti  puasa Ramadhan. Kedua, wajib karena sebab tertentu, seperti umat Islam yang membatalkan sumpahnya maka diwajibkan berpuasa. Ketiga, yaitu wajib karena seseorang mewajibkannya atas dirinya sendiri.

Puasa yang tidak wajib juga dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, puasa yang dianjurkan pada hari-hari tertentu. Kedua, puasa yang dilarang untuk dilaksanakan di hari-hari tertentu. Sedangkan yang ketiga, puasa yang tidak dianjurkan dan tidak pula dilarang.

Namun, di dalam Alquran tidak ditemukan perintah untuk berpuasa secara terus menerus selama setahun. Justru sebaliknya, Alquran menegaskan bahwa kewajiban berpuasa hanyalah pada hari-hari tertentu saja, seperti pada Bulan Ramadhan.

Dalam buku “M. Quraish Shihab Menjawab” dijelaskan bahwa Istri Nabi Muhammad, Ummu Salamah pernah menjelaskan bahwa Rasulullah melakukan puasa dua bulan berturut-turut hanya dalam Bulan Sya’ban dan Ramadhan. Menurut Quraish Shihab, nabi juga pernah ditanya tentang berpuasa terus menerus. Kemudian, Nabi menjawab:

“Sesungguhnya keluargamu punya hak atas dirimu. Maka, berpuasalah di Bulan Ramadhan dan bulan sesudahnya serta setiap hari Rabu dan Kamis. Jika engkau sudah melaksanakan ha itu, maka engkau telah berpuasa sepanjang masa.” Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Dawud dari Muslim al-Qurasyi.

Dalam “Fadhilah Ramadhan”, Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi mengatakan, bulan Ramadhan memang memiliki hubungan yang erat dengan Alquran. Pada Ramadhanlah, kitab suci Alquran untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga Ramadhan juga disebut sebagai “Syahru Alquran” atau bulan Alquran.


DALIL PUASA RAMADHAN




Puasa sepanjang bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam. Kewajiban puasa Ramadhan berlangsung sejak tahun kedua Hijriyah. Kala itu Nabi Muhammad SAW baru 18 bulan tinggal di Madinah.
Surah al-Baqarah ayat ke-183 menjadi salah satu dalil yang mewajibkan puasa Ramadhan. Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."

Kemudian, siapa saja yang wajib berpuasa? Mereka adalah orang Islam yang cukup umur, berakal, mampu berpuasa, serta—bila perempuan—darah haid atau darah nifasnya sudah berhenti. Artinya, puasa Ramadhan tak wajib bagi anak-anak, orang sakit, orang tua dan lemah, serta kaum Muslimin yang sedang dalam perjalanan (musafir).
Apa saja syarat sah puasa? Kriterianya adalah beragama Islam, berniat sebelum fajar, berakal, mampu membedakan baik dan buruk (tamyiz), serta suci dari haid dan nifas.

Rukun puasa ada dua. Pertama adalah berniat, yakni memiliki ketetapan hati untuk berpuasa karena Allah. Kedua, menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Ada banyak sunah puasa. Di antaranya adalah menyegerakan berbuka puasa pada waktunya, shalat Tarawih, serta mengakhirkan makan sahur.





PUASA ALA RASULULLAH SAW

Pembahasan puasa sangat luas ruang lingkupnya. Penjelasan tentang puasa dapat diperoleh dari Alquran, hadits, dan juga kitab fiqih karangan para ulama. Namun, bagaimana cara berpuasa Rasulullah di Bulan Ramadhan?

Dalam buku “M. Quraish Shihab Menjawab” dijelaskan bahwa Rasulullah berpuasa sambil melakukan aktivittas yang bermanfaat, bahkan karya-karya terbesar Rasulullah dicapai di Bulan Ramadhan, seperti kemenangan dalam perang Badar dan keberhasilan menguasai Kota Makkah.

Sebagai pakar tafsir Quraish mengatakan, setiap Bulan
 Ramadhan Rasulullah melakukan tadarus atau membaca Alquran. Selain itu, Rasulullah juga bangun untuk sahur menjelang fajar.

Sementara, menjelang berbuka puasa hingga Azan Maghrib, Rasulullah banyak berzikir. Menurut M. Quraish, Rasulullah berdzikir dengan mengesakan Allah dan beristighfar sambil memohon surga dan ridha-Nya, serta berlindung dari nerakan dan murka-Nya.

Saat berbuka puasa, Rasulullah hanya makan dengan tiga buah kurma dan kemudian Rasulullah melaksanakan shalat Maghrib. Pada sepuluh dari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah kemudian tinggal di masjid untuk beriktikaf.

Suasana Menjelang Ramadhan Indonesia Di Mata Media Turki



Umat ​​Islam kemungkinan besar akan menghabiskan Ramadhan dengan cara yang sangat berbeda dari biasanya. Dengan hanya satu minggu sebelum bulan suci, Indonesia melaporkan lebih dari 5.000 kasus coronavirus dan jumlahnya terus meningkat.

Kementerian Agama mengeluarkan pedoman awal bulan ini untuk sholat selama bulan puasa dan untuk Idul Fitri 1441 Hijriah di tengah pandemi. Para jamaah disarankan untuk memiliki sahur, atau makan sebelum puasa, dan buka puasa - makan malam buka puasa, secara individu atau bersama keluarga.
Shalat malam khusus yang disebut tarawih, dan pembacaan Al-Quran juga harus dilakukan di rumah.
Shalat Idul Fitri pada akhir bulan yang biasanya diadakan di ruang terbuka besar, masjid, atau ladang terbuka dibatalkan. Kepala divisi hubungan masyarakat dan protokol Masjid Istiqlal, Abu Hurairah mengatakan masjid terbesar di Asia Tenggara tidak lagi terbuka untuk layanan.
"Kami tidak akan mengadakan sholat berjamaah untuk saat ini," katanya kepada kantor berita Turki,  Anadolu Agency, dan menjelaskan keputusan itu dibuat untuk mendukung pemerintah dalam mencegah penyebaran virus.
Masjid ini dapat menampung 10.000 hingga 15.000 jamaah setiap malam untuk tarawih. Dan menampung sebanyak 120.000 hingga 150.000 jamaah selama sholat Ied.
“Kami menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mungkin kita hanya bisa berharap untuk keajaiban sehingga semuanya bisa kembali normal segera, ”tambah Hurairah.
Tidak ada lagi ziarah dan mudik. Ika Defianti, 29, yang tinggal di Bekasi, mengatakan kepada Anadolu. Ia mengatakan bahwa harus membatalkan rencana ziarah ke makam ayahnya di Boyolali, Jawa Tengah, pada akhir bulan. Padahal, kebanyakan orang Indonesia biasanya mengunjungi makam keluarga sebelum Ramadhan.
“Saya telah membeli tiket pesawat berbulan-bulan yang lalu dan berencana mengambil cuti seminggu. Kemudian saya memutuskan untuk membatalkannya karena saya harus 'mengasingkan' diri setidaknya selama 14 hari, ”katanya.
Defianti merasa khawatir dia mungkin membawa virus dan menularkannya ke keluarga dan balita yang rentan terhadap infeksi karena neneknya berusia 70-an dan memiliki riwayat asma.
Setiap tahun, jutaan orang biasanya meninggalkan kota-kota besar dan kembali ke kampung halaman mereka di akhir Ramadhan untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga dalam tradisi yang dikenal sebagai "mudik." Meskipun tidak ada larangan untuk mudik, pemerintah memperingatkan pembatasan untuk menghentikan penyebaran virus.
“Setiap tahun, saya selalu pergi ke kampung halaman dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga saya. Karena keluarga saya tinggal di kota yang berbeda, ini adalah tradisi tahunan kami untuk berkumpul, ”kata Hanif Gusman, (27 tahun), seorang pekerja perusahaan swasta yang tinggal di Jakarta. Ia harus membatalkan mudiknya ke Sumatra Barat.
Gusman mengatakan dia lebih suka merayakan Idul Fitri di asramanya daripada di rumah karena dia akan dianggap sebagai "orang yang diawasi" dan disuruh karantina sendiri. Sementara itu, warga Jakarta Abdul Rochim menjadwal ulang rencana untuk mengunjungi makam keluarganya di Lamongan, Jawa Timur.
“Ziarah kuburan adalah bagian dari tugas kita untuk memberi hormat kepada orang tua kita, orang tua, dan leluhur yang telah meninggal. Namun, saya memilih untuk tidak pulang seperti sekarang, ”katanya.
Perjalanan spiritual Muslim juga percaya tradisi mengunjungi makam adalah ritual yang dilakukan untuk mengingat kematian dan kehidupan di akhirat. "Ini mengingatkan kita bahwa orang akan mati dan setiap perjalanan akan berakhir pada akhirnya," menurut Arizal Mutakhir, seorang sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman, yang mengatakan ziarah adalah "perjalanan spiritual" untuk mengingat atau menghormati orang yang meninggal.
Beberapa orang mungkin akan merasakan "kurangnya perjalanan spiritual," dengan tidak mengunjungi kuburan, kata pakar sosial-budaya Ahmad Tohari. "Karena ziarah adalah kesempatan mereka untuk terhubung dengan keluarga dan leluhur mereka dan mereka tidak dapat melakukan itu," tambahnya. 
---------------------------------------------------------------------------------------------
TUGAS (UNTUK KELA X DAN XI)
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1)  Apa hikmah berpuasa di bulan Ramadhan bagi dirimu dan keluargamu?
2)  Bagaimana cara mu dan keluarga mu melaksanakan semua ibadah di bulan Ramadhan tahun ini, terutama terkait dengan Pandemi Covid-19?
Kirimlah jawabanmu ke WA: 081369211307 (Pak Firman) atau langsung jawab di kolom komentas di bawah ini....👇

Komentar

  1. Jawaban no 1:
    Lebih mendekatkan diri pada Allah SWT dan menahan diri dari hawa nafsu.
    Jawaban no 2:
    Tetap menjalankan puasa ramadhan karna puasa pada bulan ramadhan itu hukumnya wajib bagi orang islam.kalau keadaan masih mendesak kami sekeluarga akan sholat tarawih di rumah saja.

    BalasHapus
  2. Nama: Dhuwi sinta ratnawati
    Kelas: Xc IPA
    Jawaban:
    1.*Untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada allah SWT.
    *Melatih diri bagaimana rasanya hidup sederhana.
    *Supaya kita lebih bersyukur.
    2.*Tidak melakukanbuka puasa bersama teman,tetangga,atau orang lain,(selain keluarga)
    *Tidak keluar untuk ngabuburit (menunggu buka puasa)
    *Tidak bepergian/mudik (diam di rumah)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH DAN TRADISI BATIK INDONESIA

UNBK, KEUNGGULAN DAN KELEMAHANNYA